Sabtu, 30 November 2013

MENGENANG KYAI

Menghujam do’a dalam suud malam
Kening hitam tanda sayang
Memahat tembok yang belum usai
Using berdebu tanpa tanganmu

Keriput menggoyang waktu
Lembaran badai menggoncang ombak
Dua dasawarsa bak mutiara

Al Ishlah terguyur santri
Menjilat keringat pahit
Berjabat tangan senyum melilit
Menjerit tangis kilat
Dalam sendu mengenang rahmat

Aksara senyummu tereja ikhlas
Namun seribu cengkraman hati
Berdiri kala kelu, atos

Gemericik tangis melesap ke telinga
Serapah laknat bahasa jawa
Tangan sedingin cambuk
Bermain dalam do’a

Lalu pada setitiap subuh
Yang jatuh di atap rumahmu
Kembali kau rajut
Sisa kemarau disekujr keningmu

Dari pelarian bamboo bamboo itu
Tersimpan percakapan air mata tak bersuara
Memburu berjuta muara air mata
Haluan senjatergambar di balutan nadi yang kuyup dahaga
Meski terkekang waktu
Dan tersengal seember palu
Tak pernah putus kakimu
Berlari mencari sungai warna-Nya. (Nur Hayati)
22 May ‘13

1 komentar:

Terima Kasih Atas Komentar Anda.