Menghujam
do’a dalam suud malam
Kening
hitam tanda sayang
Memahat
tembok yang belum usai
Using
berdebu tanpa tanganmu
Keriput
menggoyang waktu
Lembaran
badai menggoncang ombak
Dua
dasawarsa bak mutiara
Al
Ishlah terguyur santri
Menjilat keringat pahit
Berjabat tangan senyum melilit
Menjerit tangis kilat
Dalam sendu mengenang rahmat
Aksara senyummu tereja ikhlas
Namun seribu cengkraman hati
Berdiri kala kelu, atos
Gemericik tangis melesap ke telinga
Serapah laknat bahasa jawa
Tangan
sedingin cambuk
Bermain
dalam do’a
Lalu
pada setitiap subuh
Yang
jatuh di atap rumahmu
Kembali kau rajut
Sisa kemarau disekujr keningmu
Dari pelarian bamboo bamboo itu
Tersimpan percakapan air mata tak bersuara
Memburu berjuta muara air mata
Haluan senjatergambar di balutan nadi yang kuyup dahaga
Meski
terkekang waktu
Dan
tersengal seember palu
Tak pernah putus kakimu
Berlari mencari sungai warna-Nya. (Nur Hayati)
22 May ‘13
subhanallah..
BalasHapus