“Allahumma ij’al hadzal ma’had thullab
watholibat sholihin washolihat, mutaqoddimiin wamutaqoddimaat, najihiin
wanajihat, nafi’iinn wanaafiaat, ‘alimiin wa’alimaat.”
Masih ingatkah teman do’a
tersebut? Doa yang dilantunkan dengan lirih dan berpengharapan penuh kepada
Sang Khaliq oleh ustad Dawam sholeh di setiap khutbahnya dan tak pernah
terlalaikan dimunajatkan usai shalat beliau baik wajib maupun sunnahnya. Itulah
pagar betis yang insyaAllah akan selalu menjaga kita dan menerangi kita di
setiap langkah kita menapaki taqdir Allah. Tidak perlu diragukan lagi, karena
saya telah membuktikannya. Jika kita hidup di pondok itu hanya seperti kera
makan manggis, maka tidak akan pernah ada refleksi apa-apa do’a tersebut bagi
diri kita. Akan tetapi jika kita hidup di pondok itu sesuai dengan aturan
pondok dan senantiasa melakukan apa yang telah didawuhkan oleh kyai Dawam dalam setiap kuliyah subuhnya niscaya akan
berbuah manis nantinya setelah kita terjun ke masyarakat. Saya adalah buktinya.
Entah ini sebuah argumen
atau question atau kah opini, atau bahkan seluruhnya. sepanjang perjalanan
menuntut ilmu yaitu di pondok pesantren dalam benak dan pikiran saya adalah
“mengapa saya lebih memilih sekolah dipondok pesantren padahal seandainya kalau
sekolah di luar sana, negeri-negeri juga sangat bagus”. Ternyata jawabannya
adalah di situlah proses sekaligus bekal dan modal untuk bermoral agama dan
terjun ke masyarakat. Karena sejatinya kita adalah makhluk sosial sehingga
tidak akan pernah lepas dari masyarakat. Dan setelah saya mengenal dunia luar.
Ooh ternyataa inilah dimana saya merasa betapa pentingnya pendidikan pesantren,
Fungsi dan pengaruhnya amatlah besar bagi gerak langakah kita untuk hidup
bermasyarakat dan berorganisasi. Lalu apa kaitannya dengan kuliah subuh kyai?
Tentu saja itu adalah sebagai inspirasi melangkah bagaimana mengambil keputusan
dan jalan hidup. Oleh karena itu jangan pernah remehkan kuliyah kyai kiat ustad
Dawam. Tidak akan perna sia-sia kita mendapatkan ilmu kebaikan dimanapun dan
bagaimanpun sistemnya. Begitu juga khutbah kyai, tidak akan pernah sia-sia kita
mendegarkan dan mengamalkannya. Meski sedemikian hingga perjuangan kita,
menahan kantuk sangat yang selalu singgah tiap usai shalat shubuh. Percayalah
tidak ada yang sia-sia teman. Yakinlah, Semua akan indah pada waktunya dan
Syukuri segala apa yang kita miliki, insyaAllah. amiin..
“hidup di pondok pesantren itu adalah
proses untuk melatih kesederhanaan, kesabaran, kedisiplinan, tanggung
jawab, mandiri, kebersamaan, berbagi, kedisiplinan, dan masih banyak hal
lainnya yang tidak mungkin didapatkan di luar sana. Yang insyaallah tidak
ada keburukan didalamnya. Jadi, santri-santriku berbanggalah kalian yang
tinggal di pesantren. ”
|
Itulah bait kalimat yang
selalu terekam dalam memori otak saya. Yang pertama kali saya dengar sewaktu
khutbah iftitah oleh mudir ma’had Al ishlah Alislami. Itulah saat dimana
terjawab sudah pertanyaan saya akan arti pesantren sesungguhnya. Yaitu masa ta’aruf liththullab al jadidat. yang mana
selalu beliau haturkan sewaktu kuliah subuh dan selalu ingat untuk
santri-santrinya. Pernahkah kita menyesal karena telah hidup di pondok?
pesantren merupakan pilihan
yang tepat bagi para orang tua untuk pilihan akademi pendidikan anak. Bagaimana
tidak, di era perkembangan zaman yang sekarang terbilang maju dari segi
iptekdoknya, lalu bagaimana dengan karakter anak sekarang ini? Semua serba
instan tidak ada yang enggan bersusah susah dahulu, enggan berupaya. Dimana
letak jiwa remaja yang optimis dan pejuang keras. Itu lah PR bagi orang tua
kita semua dalam pemilihan pendidikan yang tepat untuk anak dan untuk kita agar
mampu menfilter segala sesuatunya sebagai pilihan tepat untuk penerapan di yaumiyahnya dalam menatap masa depan
nantinya.
Alumni alishlah
2013, naibatul munadhdhomah.
Terinspirasi
dari suasana fajar usai shalat malam di pesantren sendangagung,
Ceramah
K.H. M. Dawwam sholeh, mudiril ma’had alishlah alislami.
upload jg yg laen mas..
BalasHapusambil dari majalah alishlah ato ngarang jg gpp
setalah saya share ada komen kaya gini
BalasHapusHmm,, koreksi sedikit saja utk doanya yaa (hanya urut2an-nya saja),, biar semakin pas dan mantep "Allahumma ij'al li haadzal ma'had aulaadaan wa banaatin Sholihina wa sholihaat, 'alimiina wa 'aalimaat, naafi'iina wa naafi'at, naajikhiina wa naajihaat, mutaqaddimiina wa mutaqaddimaat --> Kalau tdk salah urut2annya itu, Shalih, berilmu, bermanfaat, sukses dan maju. eniwe, tulisan bikin kangen pondok.
terimakasih ahi Edo djarum atas ishlahnya, semoga menambah pemahaman bersama. amen.
BalasHapusoia maaf, ini yang posting siapa y ? koq belum diedit oleh redaksinya... pdhal tuh tulisan kejar semalam. hehe..Untuk selanjutnya klo bisa diedit dlu,,, agar tidak rancu dan malu-maluin klo dibaca public. terimksih.
BalasHapus