Melupakan Al-Ishlah adalah sebuah
kesalahan besar. Hingga detik ini saya yakin tidak akan ada salah satu alumni
yang merasakannya. Tidak tahu sihir apa yang membuat hal seperti itu dapat
dirasakan oleh banyak dari kami, tak terkecuali oleh teman kami yang sudah
tidak memiliki kesempatan belajar bersama kami
hingga akhiri oleh karna kesalahan tertentu. mungkin memang bukan sebuah
sihir namanya. Terkadang kita merasa dikekang, dipenjara, diatur, oleh peraturan yang mungkin anak muda lain
tidak akan sanggup melakukkannya. Namun nyatannya kami sanggup. Awalnya mungkin
banyak yang berfikir itu sebuah beban, namun sebenarnya itu adalah bekal yang
akan kami nikmati keistimewaannya pada saat kami dilepaskan.
Tidak menggunakan barang elektronik
bagi kebanyakan anak seumur kami adalah menyiksa. Single bagi remaja seperti
kami adalah bercanda. Banyak hal yang kami tidak lakukan sebagai remaja pada
umumnya. Namun kami bangga tidak menjadi remaja seperti mereka, yang berfikir
pendek dan mengambil keputusan cepat terhadap suatu kesenangan sesaat. Kami
tidak diajarkan untuk itu disini. itu yang membuat kami berbeda sebagai lulusan
Al-Ishlah.
Tak sedikit pengembangan diri yang
kita dapat di Al-Ishlah, tidak sedikit generasi hebat yang dicetak oleh
Al-ishlah, tak sedikit pengalaman dan pelajaran yang kita dapat dari Al-Ishlah
karna memang sangat banyak pula pengorbanan yang dilakukkan Al-Ishlah. Pengajar
Al-Ishlah adalah pengajar super. Tidak akan kita temukan pengajar seperti
mereka ditempat jika tidak dipondok, yang siap 24 jam menjadi wali pengganti
orang tua. Yah, pengajar Al-Ishlah adalah pengganti seorang ayah dan ibu yang
luar biasa kerjanya. Jarang seorang guru yang rela dibangunkan tengah malam,
saat pengajar lain seperti mereka mungkin sedang bermimipi indah di malamnya,
seorang ustadz dan ustadzah siap berjaga di setiap malamnya, berjaga-jaga
apakah santrinya beristirahat tanpa gangguan di sekitarnya. Bahkan ketika
seharusnya seorang suami istri berkumpul dengan anak-anaknya dirumah, ustadz
dan ustadzah kami rela untuk tidak melakukkannya. Itu bedannya ustadz dan
ustadzah kami dengan guru-guru lain. namun tidak akan ada Al-Ishlah dan
pengajar super bila tak ada kyai kami, pengasuh pondok pesantren Al-Ishlah.
Kami
rindu petuahnnya, kami rindu ceramahnya, kami rindu celoteh dan canda
khasnya, kami rindu senyum damainya, karena itu kami sangat rindu pengasuh
kami. Benak yang akan muncul kala mendengar namanya adalah “kewibawa’annya”.
kami masih ingat sekali bagaimana kami dididik dalam kelas.”kuli ma
sami’ti wa kul ma sami’ta”. Lantunan yang sering kami dengar di setiap pelajaran
insya' dan kami Berdiri saat tidak bisa menghafalkan materi yang deberikannya,
kami sangat ingat itu. Rasanya sangat jantung berdetak semakin kencang seakan
kami akan mendapatkan sebuah hukuman sangat berat. namun sebenarnnya kyai kami
tidak melakukan suatu tindakan yang membuat anak asuhnya takut, tapi itu karena
wibawa yang ada pada beliau. mutlak memang seorang kyai memiliki wibawa bahkan
seharusnya setiap pemimpin memilikinya, agar dihormati para anak asuh dan anak
buahnya . Begitulah pengaruh yang dimiliki pengasuh kepada kami. Sebagai
seorang pengasuh, beliau adalah pengasuh yang luar biasa. Sampai saat ini kami
belum pernah menemukan guru yang mau turun lansung membangunkan, mengingatkan
anak-anaknya untuk berangkat ke masjid. Membunyikan jaros(bel)
ketika pemukulnya belum terjamah sama sekali oleh pengurus malas seperti kami.
Kami sangat malu jika sudah seperti itu, tak tahu sebutan apa yang pantas
disandang oleh pengurus seperti kami, membiarkan tugas sekecil itu dikerjakan
oleh kyai kami, yang kami tau tugasnya sudah sangat berat, bahkan harus bermain
mental.
Kyai kami hanya tidur kurang lebih 3 jam untuk
anak asuhnya, yang kami terkadang tak menghargai setiap do’a yang beliau
panjatkan disepertiga malamnya demi
kesuksesan anak-anaknya kelak. Sekali
lagi, kami tidak tahu sebutan apa yang cocok kami sandang. Kadang kami merasa
menjadi seorang anak yang nakal, yang membiarkan orang tuanya menangis atas
perbuatannya. Setelah banyak pengorbanan berat yang orang tua kami lakukan,
beberapa kali peringatan, beribu pelajaran yang kadang kami anggap sebagai
sesuatu yang tidak akan menyenangkan bila dilakukan oleh anak-anak yang hanya
tau kesenengan semata karna melihat anak orang kaya yang taunya hanya
bersenang-senang saja, sedangkan nyatanya kami adalah anak-anak yang dibesarkan
oleh kesederhana’an yang sedikit memiliki kebebasan seperti yang dimiliki anak
pada umumnya. Hingga pada saat pelepasan kami, disitulah kesadaran akan
kesederhanaan itu yang membawa kami pada suatu kesimpulan, yakni kemandirian
matang nan siap serta banyak membawa anaknya pada sebuah kesuksesan yang akan
susah didapatkan oleh anak-anak yang tidak bernaung dalam pondok seperti kami.
Sehingga pada saat kami benar-benar mendapatkan kesuksesan tersebut, kami
merasakan kepuasan luar biasa dalam diri kita.
Al-Ishlah memiliki banyak komponen
yang akan susah dimiliki oleh yang lainnya. Dari mulai pengasuh seperti ustadz
Dawam yang sangat luar biasa, memiliki ustadz-ustadzah yang membantu pengasuh
kami bekerja 24 jam, memiliki ilmu pengetahuan yang sangat beragam yang
menggabungkan setengah ilmu dunia dan setengah lagi ilmu agama, memiliki
prestasi-prestasi yang mungkin akan susah diraih oleh tempat didik lainnya, dan
banyak lagi. Sehingga Tidak ada alasan untuk tidak bangga terhadap pondok
tercinta kami. Tidak ada alasan untuk lupa terhadap kampung damai yang telah
mengantarkan kami hingga sampai dititik ini. Dan membuat kam akan lantang
mengucapkan “KAMI BANGGA MILIK AL-ISHLAH”.(Affa Salsabila)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda.