Kamis, 21 November 2013

Kuliah Subuh Sang Kyai



“Allahumma ij’al hadzal ma’had thullab watholibat sholihin washolihat, mutaqoddimiin wamutaqoddimaat, najihiin wanajihat, nafi’iinn wanaafiaat, ‘alimiin wa’alimaat.”

Masih ingatkah teman do’a tersebut? Doa yang dilantunkan dengan lirih dan berpengharapan penuh kepada Sang Khaliq oleh ustad Dawam sholeh di setiap khutbahnya dan tak pernah terlalaikan dimunajatkan usai shalat beliau baik wajib maupun sunnahnya. Itulah pagar betis yang insyaAllah akan selalu menjaga kita dan menerangi kita di setiap langkah kita menapaki taqdir Allah. Tidak perlu diragukan lagi, karena saya telah membuktikannya. Jika kita hidup di pondok itu hanya seperti kera makan manggis, maka tidak akan pernah ada refleksi apa-apa do’a tersebut bagi diri kita. Akan tetapi jika kita hidup di pondok itu sesuai dengan aturan pondok dan senantiasa melakukan apa yang telah didawuhkan oleh kyai Dawam dalam setiap kuliyah subuhnya niscaya akan berbuah manis nantinya setelah kita terjun ke masyarakat. Saya adalah buktinya.

Entah ini sebuah argumen atau question atau kah opini, atau bahkan seluruhnya. sepanjang perjalanan menuntut ilmu yaitu di pondok pesantren dalam benak dan pikiran saya adalah “mengapa saya lebih memilih sekolah dipondok pesantren padahal seandainya kalau sekolah di luar sana, negeri-negeri juga sangat bagus”. Ternyata jawabannya adalah di situlah proses sekaligus bekal dan modal untuk bermoral agama dan terjun ke masyarakat. Karena sejatinya kita adalah makhluk sosial sehingga tidak akan pernah lepas dari masyarakat. Dan setelah saya mengenal dunia luar. Ooh ternyataa inilah dimana saya merasa betapa pentingnya pendidikan pesantren, Fungsi dan pengaruhnya amatlah besar bagi gerak langakah kita untuk hidup bermasyarakat dan berorganisasi. Lalu apa kaitannya dengan kuliah subuh kyai? Tentu saja itu adalah sebagai inspirasi melangkah bagaimana mengambil keputusan dan jalan hidup. Oleh karena itu jangan pernah remehkan kuliyah kyai kiat ustad Dawam. Tidak akan perna sia-sia kita mendapatkan ilmu kebaikan dimanapun dan bagaimanpun sistemnya. Begitu juga khutbah kyai, tidak akan pernah sia-sia kita mendegarkan dan mengamalkannya. Meski sedemikian hingga perjuangan kita, menahan kantuk sangat yang selalu singgah tiap usai shalat shubuh. Percayalah tidak ada yang sia-sia teman. Yakinlah, Semua akan indah pada waktunya dan Syukuri segala apa yang kita miliki, insyaAllah. amiin..


hidup di pondok pesantren itu adalah proses untuk melatih kesederhanaan, kesabaran, kedisiplinan, tanggung jawab, mandiri, kebersamaan, berbagi, kedisiplinan, dan masih banyak hal lainnya yang tidak mungkin didapatkan di luar sana. Yang insyaallah tidak ada keburukan didalamnya. Jadi, santri-santriku berbanggalah kalian yang tinggal di pesantren. ”
                                                                                                                                                          
Itulah bait kalimat yang selalu terekam dalam memori otak saya. Yang pertama kali saya dengar sewaktu khutbah iftitah oleh mudir ma’had Al ishlah Alislami. Itulah saat dimana terjawab sudah pertanyaan saya akan arti pesantren sesungguhnya. Yaitu masa ta’aruf liththullab al jadidat. yang mana selalu beliau haturkan sewaktu kuliah subuh dan selalu ingat untuk santri-santrinya. Pernahkah kita menyesal karena telah hidup di pondok?

pesantren merupakan pilihan yang tepat bagi para orang tua untuk pilihan akademi pendidikan anak. Bagaimana tidak, di era perkembangan zaman yang sekarang terbilang maju dari segi iptekdoknya, lalu bagaimana dengan karakter anak sekarang ini? Semua serba instan tidak ada yang enggan bersusah susah dahulu, enggan berupaya. Dimana letak jiwa remaja yang optimis dan pejuang keras. Itu lah PR bagi orang tua kita semua dalam pemilihan pendidikan yang tepat untuk anak dan untuk kita agar mampu menfilter segala sesuatunya sebagai pilihan tepat untuk penerapan di yaumiyahnya dalam menatap masa depan nantinya.

Alumni alishlah 2013, naibatul munadhdhomah.
Terinspirasi dari suasana fajar usai shalat malam di pesantren sendangagung,
Ceramah K.H. M. Dawwam sholeh, mudiril ma’had alishlah alislami.

4 komentar:

  1. upload jg yg laen mas..
    ambil dari majalah alishlah ato ngarang jg gpp

    BalasHapus
  2. setalah saya share ada komen kaya gini
    Hmm,, koreksi sedikit saja utk doanya yaa (hanya urut2an-nya saja),, biar semakin pas dan mantep "Allahumma ij'al li haadzal ma'had aulaadaan wa banaatin Sholihina wa sholihaat, 'alimiina wa 'aalimaat, naafi'iina wa naafi'at, naajikhiina wa naajihaat, mutaqaddimiina wa mutaqaddimaat --> Kalau tdk salah urut2annya itu, Shalih, berilmu, bermanfaat, sukses dan maju. eniwe, tulisan bikin kangen pondok.

    BalasHapus
  3. terimakasih ahi Edo djarum atas ishlahnya, semoga menambah pemahaman bersama. amen.

    BalasHapus
  4. oia maaf, ini yang posting siapa y ? koq belum diedit oleh redaksinya... pdhal tuh tulisan kejar semalam. hehe..Untuk selanjutnya klo bisa diedit dlu,,, agar tidak rancu dan malu-maluin klo dibaca public. terimksih.

    BalasHapus

Terima Kasih Atas Komentar Anda.